Bukti Akulturasi Budaya Kota Tuban
Tuban pada masa dulu merupakan sebuah
pelabuhan yang besar, sebagai tempat singgah atau transit dari berbagai
daerah dan Negara terutama para pedagang Cina dan Arab. Hal ini kerena
Tuban mada masa dulu merupan armada laut yang sangat kuat dan
pelabuhan penyebrangan utama menuju kerajaan Majapahit.
Sebagai pintu masuk utama menuju kerajaan Majapahit maka tak
mengherankan jika banyak bangunan yang unik dan mencitrakan kota
pesisir pantai yang memiliki peradapan terbuka. Kerena hampir semua
kerajaan yang menjalin kerjasama dengan majapahit pasti melewati dan
singgah di pelabuhan Tuban.
Klenteng Kwan Sing Bio
Inilah
klenteng Kwan Sing Bio. Sebuah tempat ibadat Tri Dharma yang
terkenal di Tuban, Jawa Timur. Klenteng yang berdiri megah dan menghadap
ke laut ini juga amat dikenal oleh umat Tri Dharma Asia Tenggara.
Banyak umat yang menyengaja melakukan peribadatan di klenteng yang
dibangun di abad ke delapan belas ini.
Kelenteng ini jelas merupakan
bangunan akulturasi dari negeri asal agama ini dan ciri khas kota
pesisir Tuban. Sebagaimana kita tahu bahwa bangunan Klenteng pada
umumnya menggunakan Naga di pintu utama sebagai lambang khas sebuah
kelenteng. Namun di Klenteng kwan sing bio yang terletak di samping
sebuah coffee & steak house milik Hotel Mustika, sebagai klenteng
terbesar di Asia Tenggara menggunakan lambang Kepiting di pintu
utamanya.
Klenteng yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari 2 hektar
ini, hanya menyimpan satu patung Dewa Tiongkok, atau yang biasa
disebut Kiem Sien, yakni Dewa Yang Mulia Sing Tee Koen, dewa
pelindung dan setia. Ini berbeda dengan klenteng lain, yang biasanya
memiliki banyak patung Kiem Sien. Patung dewa Sing Tee Koen ini
dibawa seorang umat langsung dari tanah Tiongkok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar